Jumat, 02 November 2012

Fosil Manusia Purba di Indonesia


Fosil adalah sisa-sisa tumbuhan, hewan, dan manusia yang sudah membatu. Fosil juga bisa berwujud bekas benda yang menempel pada batu, sementara benda aslinya sudah mengalami pelapukan atau penghancuran.
Tidak semua tumbuhan, hewan, dan manusia dapat menjadi fosil. Banyak diantaranya yang mengalami pembusukan dan penghancuran oleh pengaruh alam. Fosil terjadi jika sisa-sisa tumbuhan, hewan, atau manusia tersibut terlindung dari pengaruh luar sehingga tidak terjadi pelapukan dan penghancuran. Selain itu, untuk bisa menjadi fosil dibutuhkan waktu yang sangat lama, bisa ribuan bahkan jutaan tahun.
Pada setiap lapisan kulit bumi, sering ditemukan fosil tumbuhan, hewan, atau manusia purba jenis tertentu yang menjadi ciri khas dari suatu lapisan kulit bumi. Fosil-fosil itu disebut fosil pandu karena dapat memberi petunjuk tentang kehidupan manusia purba pada zaman pra aksara. Dari fosil-fosil tersebut dapat juga diketahui lapisan kulit bumi tempat fosil tersebut ditemukan.
Penelitian ilmiah terhadap fosil manusia purba (Paleoantropologi) telah banyak dilakukan oleh para ahli, antara lain oleh Dr. Eugene Dubois, B.D. Van Rietschoten, Von Koeningswald, Ter haar, Duyfjes, dan Sartono. Daerah penelitian para ahli tersebut, meliputi Wajak (Tulungagung), Kedungbrubus, Trinil (Ngawi), Sangiran (Sragen), dan Mojokerto.
Peta Lokasi penemuan fosil purba di pulau jawa :
Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa daerah lembah sungai Bengawan Solo paling banyak ditemukan fosil manusia purba. Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a.   Meganthropus Paleojavanicus
Jenis manusia ini mempunyai bentuk paling primitif. Fosil meganthropus paleojavanicus ditemukan oleh Von Koeningswald didaerah sangiran pada lapisan Pucangan (pleistocen bawah) tahun 1936 dan 1941. Hasil temuannya berupa rahang bagian bawah dan atas. Pada tahun 1952, Marks juga menemukan fosil rahang bawah manusia Meganthropus yang lain pada lapisan kabuh (Pleistocen tengah) di Sangiran. Meganthropus Palaeojavanicus mempunyai tubuh kekar, berahang besar, dan diperkirakan sebagai manusia purba tertua. Gerahamnya menunjukkan ciri manusia, tetapi sekaligus mendekati ciri kera, yaitu tidak berdagu.
b.   Pithecantropus Mojokertensis
Pada tahun 1936, Tjokrohandoyo yang bekerja dibawah pimpinan ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak-anak di kepuhlegen sebelah utara perning dan mojokerto.
Fosil tersebut ditemukan pada lapisan Pucangan (Pleistocen bawah) dan dinamakan Phitecantropus Mojokertensis.
c.   Pithecantropus Erectus
Pada tahun 1890, seorang ahli purbakala Belanda, Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba di Trinil (Ngawi) Jawa Timur. Daerah tersebut terletak dilembah sungai Bengawan Solo. Hasil temuan fosil tersebut setelah diteliti dan direkonstruksi ternyata membentuk kerangka manusia yang menyerupai Kera. Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup sekitar satu juta sampai setengah juta tahun yang lalu.
d.   Homo Wajakensis
Pada tahun 1889, Van Rietschoten menemukan fosil manusia purba jenis homo didaerah Wajak dekat Campur Darat, Tulungagung (Jawa Timur). Temuan ini diselidiki pertama kali oleh Eugene Dubois. Fosil berupa ruas leher dan tengkorak yang mempunyai isi ±1.650 cc. Selain itu, Eugene Dubois sendiri pada tahun 1890 menemukan fosil didaerah Wajak. Fosil ini terdiri atas fragmen tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang kering, serta tulang paha. Penemuan fosil didaerah Wajak ini dinamakan Homo Wajakensis. Manusia purba jenis ini mempunyai tingkatan lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus dan tergolong kedalam manusia Homo Sapiens.
e.   Homo Soloensis
Pada tahun 1931-1934, ahli purbakala yang bernama Ter Haar dan Ir. Oppernorth menemukan fosil-fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo didekat desa ngandong. Kemudian fosil-fosil ini diteliti oleh seorang paleontologi G.H.R. Von Koeningswald. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa manusia purba ini lebih tinggi tingkatannya daripada pithecantropus Erectus.
f.    Homo Sapiens
Homo Sapiens berarti manusia cerdik. Fosil Homo sapiens berasal dari zaman Holocen (±40000 tahun yang lalu). Manusia ini sudah mengalami proses pengecilan pada bagian kepala dan tubuh sehingga wujudnya sudah hampir sama dengan manusia zaman sekarang. Mereka juga sudah mulai menggunakan akalnya untuk berfikir. Karena sifat-sifatnya itu, homo sapiens dianggap sebagi nenek moyang manusia modern.

Selasa, 30 Oktober 2012

Dinasty Isyana


DINASTI ISYANA 
A.     Lahirnya dinasti isyana
Dinasti isyana adalah sebuah dinasti penerus dari dinasti Sanjaya. Pendirinya adalah mpu sindok yang bergelar Sri Maharaja Rakai Hino sri Isyana Wikramadharmattunggadewa. Ia menjadi raja medang dari tahun 929-947 M. Mpu sindok adalah Raja dari keturunan dinasti Sanjaya yang memindahkan kekuasaan dari Jawa tengah ke Jawa Timur. Perpindahan inilah yang membuat berakhirnya dinasti Sanjaya dan lahirlah Dinasti Isyana.Faktor yang mendorong dipindahkannya ibukota Mataram Kuno ke Jawa Timur adalah : 
1.     Sering terjadi perebutan kekuasaan (suksesi) sehingga kewibawaan kerajaan berkurang (hilang tuahnya).
2.     Mataram Kuno tidak memiliki pelabuhan sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar
3.     Ibukota kerajaan sering dilanda bencana alam akibat letusan gunung berapi.
4.     Keselamatan kerajaan terancam oleh serangan kerajaan sriwijaya.
Pusat pemerintahan dinasti ini terletak di Watuguluh, antara gunung Sumeru dan gunung Wilis.Empu sindok beragama Hindu syiwa. Jadi, kerajaan mpu Sindok termasuk kerajaan yang bercorak Hindu. Namun, pada saat itu agama Budha Tantrayana juga berkembang baik. Hal itu membuktikan adanya toleransi agama sejak dahulu. Pada zamannya disusun sebuah kitab suci agama Budha Tantrayana yang berjudul Sang Hyang Kamahayanikan. 
B.     Sumber sejarah kerajaan Medan kamulan di jawa timur
Sumber sejarah Kerajaan Medang Kamulan berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti. 
1. Berita Asing  
           Berita asing tentang keberadaan Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur dapat diketahui melalui berita dari India dan Cina. Berita dari India mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.  
           Berita Cina berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung. Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan, sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang dari Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan Sriwijaya dan Kerajaan Medang Kamulan dapat memajukan pelayaran dan perdagangan. Di samping itu, tahun 992 M tercatat pada catatan-catatan negeri Cina tentang datangnya duta persahabatan dari Jawa. 
2. Berita Prasasti  
Beberapa prasasti yang mengungkapkan Kerajaan Medang Kamulan antara lain: 
1.  Prasasti dari Mpu Sindok, dari Desa Tangeran (daerah Jombang) tahun 933 M     menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani Pu Kbin. 
2.  Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan satu candi sebagai tempat pendharmaan ayahnya dari permaisurinya yang bernama Rakryan Bawang. 
3.  Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) tahun 939 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan candi yang bernama Jayamrata dan Jayastambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang. 
4.  Prasasti Calcuta, prasasti dari Raja Airlangga yang menyebutkan silsilah keturunan dari   Raja Mpu Sindok. 
C.     Daftar Para Raja
1.       Empu Sindok (929-947 M)Empu Sindok merupakan Raja pertama yang mendirikan kerajaan Medan di Jawa Timur yang disebut sebagai Dinasti isyana. Ia menjalankan pemerintahan dengan istrinya, Sri Parameswari Sri Wardhani pu Kbi.

2.       Dharmawangsa (991-1016)
Raja dharmawangsa berusaha keras meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Oleh karna itu, Dharmawangsa berambisi menguasai perdagangan dan pelayaran yang pada saat itu dikuasai sriwijaya. Pada tahun 990 m, dharmawangsa mengerahkan tentaranya untuk menaklukkan sriwijaya, tetapi serangan tersebut gagal. Ia hanya dapat menguasai daerah bali, kalimantan dan bangka.
Sebelum cita-cita Dharmawangsa umtuk menguasai pelayaran nasional berhasil dilaksanakan, kerajaannya diserang oleh Raja Wurawari. Serangan ini merupakan balasan atas penyerangan yang dilakukan sebelumnya oleh Raja Dharmawangsa. Terlebuh parahnya, kerajaan wurawari bekerjasama dengan kerajaan Sriwijaya dalam melakukan penyerangan ke kerajaan Medang yang dirajai oleh dharmawangsa.
Letak kerajaan wurawari ada didekat banyumas, Jawa Tengah.serangan yang mereka lancarkan terjadi pada tahun 1016 M. Saat itu Dharmawangsa sedang mengadakan pesta perkawinan putrinya, Mahendradatta dengan Airlangga, raja bali. Dharmawangsa gugur dalam penyerangan itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Pralaya. 
3.       Airlangga (1019-1042)
Dalam peristiwa Pralaya tahun 1016 M, Airlangga berhasil meloloskan diri dan mengasingkan diri kehutan sebagai pertapa untuk menyusun kekuatan. Airlangga disertai pengikutnya yang Nararotama melakukan pengembaraan. Beberapa saat kemudian, para Brahmana meminta agar Airlangga bersedia dinobatkan menjadi seorang Raja. Dan akhirnya pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan sebagai raja menggantikan Dharmawangsa, sedangkan Narotama diangkat sebagai patihnya.
Wilayah kekuasaan Raja Airlangga pada awalnya sangat sempit. Namun, setelah tahun 1028 M airlangga mulai merebut kembali wilayah-wilayah yang dulu menjadi kekuasaan Dharmawangsa.Mula-mula ibukota kerajaan Airlangga terletak di Wutan Mas. Akan tetapi, setelah Airlangga berhasil menyatukan wilayahnya pada tahun 1037, ibukota kerajaannya dipindahkan ke Kahuripan. Usaha memakmurkan rakyat pun segera dilaksanakan. Pelabuhan Galuh di muara sungai brantas mulai diperbaiki. Demikian pula pelabuhan kembang putih di Tuban. Pada tahun 1035, Berhasil dibuat buku Arjunawiwaha karangan Empu kanwa yang isinya mengisahkan tentang kehidupan Raja Airlangga.Dalam bidang agama, Airlangga memberikan perhatian yang besar.agama yang berkembang saat itu adalah agama hindu aliran wisnu. Walaupun Airlangga penganut Hindu, namun juga menaruh perhatian besar terhadap agama Budha. 

D.    Berakhirnya dinasty Isyana
Airlangga mempunyai 5 orang anak. Salah seorang anak perempuannya yang bernama Sri Sanggramawijaya dicalonkan menjadi pengganti Airlangga, tetapin ia menolak untuk dijadikan Raja. Putrinya tersebut ingin menjadi pertapa yang kemudian dikenal dengan gelar Ratu Giriputri. Hal ini membuat kesulitan bagi Airlangga. Untuk menghindari pertumpahan darah karena perebutan kekuasaan oleh anak-anaknya, pada tahun 1041 M ia terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua. Pembagian dibantu oleh Mpu Bharada, yaitu Jenggala dan Panjalu. Batas kedua kerajaan dibatasi oleh sungai Brantas. Maka dengan demikian berakhirlah kerajaan Medang Kamulan sekaligus Dinasti Isyana. Setelah menyerahkan tahta kerajaan kepada putra-putranya. Lalu ia memutuskan menghabiskan hidupnya sebagai pertapa hingga wafat pada tahun 1049 dan dimakamkan dilereng Timur gunung Pananggungan. Makam Airlangga dikenal dengan nama Candi Belahan.


E.     Peninggalan dinasty Isyana
a)     Candi Lor (Anjuk Ladang),terletak di Brebek, Nganjuk.
Dari prasasti Anjuk Ladang, diketahui bahwa Mpu Sindok, memerintahkan Rakai Hinu Sahasra, Rakai Baliswara serta Rakai Kanuruhan pada tahun 937 untuk membangun sebuah bangunan suci bernama Srijayamerta sebagai pertanda penetapan area Anjuk Ladang (sekarang disebut Nganjuk) sebagai area swatantra atas jasa warga Anjuk Ladang dalam peperangan.b)     Candi Gunung Gangsir, terletak di di Bangil.
Tidak banyak informasi yang bisa didapat mengenai candi yang konon dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga, yaitu sekitar abat ke-11 M. Candi Gunung Gangsir dibangun menggunakan bahan batu bata, bukan batu andesit.
c) Candi Songgoroti, terletak di Batu MalangCandi songgoroti adalah satu-satunya peninggalan Mpu Sindok di Kota Batu. Menurut sejarahnya, kisah Candi Songgoriti ini berawal dari keinginan Mpu Sindok yang ingin membangun tempat peristirahatan bagi keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Seorang petinggi kerajaan bernama Mpu Supo diperintah Mpu Sindok untuk membangun tempat tersebut. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti. Atas persetujuan Raja, Mpu Supo mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan.
d) Candi Belahan, dibangun oleh Raja Airlinggacandi Belahan adalah sebuah pemandian bersejarah dari abad ke 11, di masa kerajaan Airlangga. Petirtaan Belahan terletak di sisi timur gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahan Jowo, Wonosunyo, Kecamatan Gempol. Menurut sejarah, selain sebagai tempat pertapaan Prabu Airlangga, petirtaan ini juga di fungsikan sebagai pemandian selir-selir Prabu Airlangga. Oleh karena itu, sebagai bentuk pengabdian dibangunlah 2 patung permaisuri Prabu Airlanga, yaitu Dewei Laksmi dan Dewi Sri. Pada dua patung tersebut, mengalir aliran air dari bentuk Payudara patung, dan karenanya petirtaan ini terkadang di sebut sebagai Sumber Tetek
e) Pertapaan Pucangan, terletak di Gunung PenanggunganPrasasti Pucangan merupakan sebuah prasasti yang berbahasa sansekerta dan Jawa Kuno, merupakan prasasti peninggalan zaman pemerintahan Airlangga, yang menjelaskan tentang beberapa peristiwa serta silsilah keluarga raja secara berurutan. Prasasti ini disebut juga dengan Calcutta Stone, karena sekarang prasasti ini disimpan di Museum India di Kolkata (Calcutta),India.